Senin, 17 Januari 2011

Sejarah Perang Amerika Serikat


Cicero pernah berkata : Inter bellum um et pacem nihil medium. Maknanya, antara perang dan damai tak ada penengahnya. Ungkapan tersebut sesuai benar dengan kondisi AS pasca tragedi 11 September 2001. Amerika Serikat yang hampir tak pernah mengalami perang di tanah airnya sendiri sejak Perang Dunia II serta semakin nyaman dihuni sejak berakhirnya era perang dingin, agaknya tak bisa berlama-lama menikmatinya. Segera muncul ancaman baru bernama terorisme global yang profesional, efisien dan penuh kejutan namun menimbulkan kematian dalam jumlah besar serta kerusakan luar biasa hebat. Bedanya, dalam perang konvensional masa lalu musuh tampak jelas. Sekarang di era Internet, musuh AS ternyata makin tak kasat mata. Sudah begitu, musuh memiliki jaringan kerja sistem sel serta tidak memiliki domisili yang jelas untuk memudahkan tindak pembalasan.
Presiden AS George W. Bush menegaskan bahwa penyerangan Gedung World Trade Centre di New York dan Pentagon di Washington dengan pesawat yang dibajak merupakan pernyataan perang. “Sekarang perang telah dinyatakan dan kita akan memimpin dunia menuju kemenangan,” ujar Bush seperti dikutip harian Washington Post empat hari sesudah serangan. Pemerintahan Bush bahkan sudah memperoleh persetujuan dana dari kongres sebesar 40 miliar dolar AS. Namun, siapa musuh sesungguhnya masih belum jelas benar. Benarkah Osama bin Laden pelakunya? Atau kelompok lain yang justru tak pernah disangka-sangka pihak AS?
Tak kurang pula, Presiden Bush telah meminta Menteri Pertahanan Donald H Rumsfeld untuk mengerahkan mobilisasi umum sejumlah 30.000 hingga 50.000 orang pasukan cadangan nasional. Mobilisasi terakhir dilakukan AS Januari 1991 tatkala 265.322 pasukan cadangan AS diterjunkan di kancah Perang Teluk
Serangan yang bakal dilakukan AS diperkirakan lebih dari sekadar yang pernah dilakukan AS terhadap Afganistan dan Sudan dengan mengirim rudal jarak pendek atau melakukan pemboman ke sejumlah lokasi di Irak. Penggunaan matra darat, laut dan udara secara serentak menjadi pilihan. Selain itu, juga bakal dilibatkan pasukan khusus dan rudal jarak jauh yang dikendalikan dari pesawat tempur. Pejabat Deputi Pertahanan AS Paul Wolfowitz mengatakan bahwa aksi pembalasan akan terus dilanjutkan sampai akar terorisme dapat dihancurkan. “Orang itu mencoba bersembunyi. Tapi mereka tak dapat bersembunyi selamanya,” tegasnya. Sementara itu, Pejabat Angkatan Laut AS Gordon England mengatakan hal itu tak akan menjadi program jangka pendek.
Pesawat yang dilengkapi radar anti pesawat canggih AWACS telah diperintahkan untuk mengawasi semua gerakan di angkasa AS. Laksamana Vern Clark menyatakan kesiagaan dua kapal perang AS, USS Enterprise dan USS Carl Vinson, masing-masing dengan kekuatan 75 pesawat tempur, di dekat perairan Arab Saudi melakukan serangan balasan. Armada tempur AS terdiri dari kapal penjelajah dan kapal selam yang mampu meluncurkan misil jarak jauh. Serangan pembomam bakal melibatkan pesawat B-2 Stealth dan B-1 Lancers. 
Fungsi Positif Perang
Ada masanya orang memuji manfaat perang. Itu terjadi sekitar tahun 1600-an. Kala itu perang dianggap sebagai sarana untuk mencegah hidup bermewah-mewahan, mengurangi jumlah pasukan penganggur serta menciptakan kesatuan politik penduduk dalam wilayah tertentu. Penulis Prancis dan Jerman masa itu paling vokal menyuarakan perang. Rakyat mereka yakinkan bahwa perang diperlukan meski tetap akan ada korban yang jatuh.
Perang mempunyai fungsi positif bagi sejarah berbagai bangsa . Berkat adanya perang delapan puluh tahun melawan kekuasaan Spanyol, negeri Belanda memperoleh kedaulatannya. Dihapuskannya perbudakan kaum kulit hitam di AS terjadi berkat kemenangan pihak Utara melawan Selatan dalam Perang Sipil di AS pada abad ke-19. Kemerdekaan Indonesia diperoleh berkat berakhirnya Perang Dunia II atau Perang Pasifik.
Pengertian fungsi dalam fungsi perang dapat diartikan sebagai sarana yang dimanfaatkan orang secara sadar untuk mencapai sesuatu. Misalnya, kemerdekaan, pasaran bagi produk tertentu atau kawasan sumber bahan mentah. Pengertian fungsi perang disini cocok dengan pengertian peran menurut pakar strategi perang Carl Von Clausewitz dalam bukunya On War (Vom Kriege). Di situ perang adalah suatu sarana politik nasional untuk mengamankan atau meningkatkan pelbagai kepentingan. Adapun biologiwan Charles Darwin memandang perang berfungsi untuk menyeleksi manusia secara alami, untuk melestarikan pihak yang kuat (survival of the fittest).
Leo Polak pada 1915 pernah menulis kadang-kadang perang memang diperlukan. Tanpa adanya perang hidup manusia itu serba membosankan, datangnya perang meng-gugah manusia dari hidup manja dan bermalas-malasan. Perang juga menguntungkan secara demografis, jumlah penduduk dapat diseimbangkan kembali dengan persediaan sumber daya alam. Sebaliknya, hilangnya perang seperti sekarang mengakibatkan manusia berperang melawan ledakan penduduk dunia melalui meningkatnya angka kelahiran bayi.
Berdasarkan pengalaman sejarah perang juga mendorong pelbagai penemuan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Perang Salib di abad pertengahan (sekitar abad 11 sampai abad 12) dan perang di zaman Napoleon (1790-1815) telah mempertemukan pelbagai bangsa, merangsang pertukaran barang, harta budaya, peradaban dan percampuran ras. Teknologi telekomunikasi, pesawat udara dan rudal tak akan semaju sekarang tanpa dipacu adanya Perang Dunia I (1914-1918) dan Perang Dunia II (1941-1945). Namun, bagaimana pun masa damai lebih berisi produktivitas manusia secara ilmiah jika dibandingkan masa perang.
Korban Sipil Makin Besar
Kecenderungan yang mengecutkan hati menunjukkan bahwa peperangan ternyata makin memakan korban kalangan sipil. Data berikut menunjukkan hal itu. 
Pada Perang Dunia I jumlah korban sipil mencapai 5%, Perang Dunia II ada 48% korban sipil , Perang Korea terdapat 84% korban sipil dan Perang Indocina menelan 90% korban sipil . Dalam kasus “perang” yang dilakukan teroris ke WTC dan Pentagon hampir 100% korban berasal dari kalangan sipil.
Semakin hari biaya untuk membunuh seorang musuh makin besar saja. Dalam perang di zaman Julius Caesar dibutuhkan biaya 0,75 dolar AS, Napoleon 3.000 dolar AS, PD I 2.100 dolar AS, PD II 50.000 dolar AS, Korea 200.000 dolar AS dan Perang Vietnam 500.000 dolar AS. 
Berita mutakhir dari AS untuk memerangi terorisme yang berjumlah ratusan hingga ribuan orang setidaknya telah dikeluarkan 40 miliar dolar AS atau paling sedikit satu juta dolar AS untuk membunuh seorang musuh alias teroris.
Dari segi jumlah korban dalam sehari juga makin mengerikan. Perang Napoleon memakan korban 233 orang per hari, Perang Kim (1854-1856) sejumlah 1075 orang per hari, Perang Balkan (1912-1913) sebanyak 1941 orang per hari, Perang Dunia I sebesar 5449 orang per hari dan Perang Dunia II mencapai 7738 orang per hari. 
Perang yang diciptakan teroris di AS serangan teroris dalam sehari saja sudah mengakibatkan kematian paling sedikit 4763 jiwa belum termasuk kerugian materi (termasuk asuransi) yang mencapai lebih dari 30 miliar dolar AS.

Menentukan Tujuan Perang
Salah satu yang perlu dihindari AS adalah kegagalan menentukan tujuan perang. Jangan diulang kesalahan pada keterlibatan AS dalam perang Vietnam yang berakhir amat memalukan.
Suatu keterlibatan militer memecahkan suatu konflik haruslah didasari pada tujuan yang jelas bila akan diserahtugaskan kepada mekanisme militer. 
Sebagai contoh tujuan dari keterlibatan AS dalam Perang Dunia II adalah untuk menghancurkan kekuatan serta kemampuan tempur pihak Nazi Jerman dan Fasis Jepang. Tujuan operasi militer jelas yaitu menghancurkan industri Jerman dan Jepang di wilayah kedua negara tersebut. 
Pesawat pembom AS dan Sekutu kemudian dikerahkan untuk menghancurkan jantung industri lawan sehingga akhirnya pihak Jerman dan Jepang kehabisan manggala tempur karena tak dapat diproduksi lagi. Dalam perang Vietnam, AS membela Vietnam Selatan yang non-komunis dan memusuhi Vietnam Utara yang komunis. AS mempercayai bakal terjadinya Efek Domino pengaruh komunis di Asia Tenggara bila Vietnam Selatan menjadi komunis.
Sayangnya, pusat industri persenjataan Vietnam Utara tidak berada di wilayah itu melainkan di RRC dan Uni Soviet. Padahal, AS hanya dapat beroperasi di wilayah Vietnam Selatan sementara jalur perbekalan Vietnam Utara memanfaatkan wilayah negara tetangga Vietnam Selatan yakni Laos dan Kamboja. 
AS bahkan tak pernah melakukan pendudukan ke wilayah Vietnam Utara, apalagi menyerbu RRC dan Uni Soviet. 
Sebagai konsekuensinya, tujuan perang AS menjadi sangat terbatas yaitu menghancurkan semua agresi dan subversi yang dikendalikan pihak lawan di luar wilayah Vietnam Selatan.. Perang terbatas ini ternyata menjadi sangat mahal serta memakan waktu lama.
Keterlibatan AS pada perang Vietnam memuncak pada pemerintahan Presiden AS Richard Nixon dengan mengirimkan 365.600 tentara darat dan 176.800 tentara udara dan laut. Warga AS diwajibkan mengikuti wajib militer sementara warga negara Vietnam Selatan dibebaskan dari kewajiban tersebut.
Pihak AS juga terlalu mengambil posisi dominan sehingga orang Vietnam Selatan menjadi manja dan tak siap mengambil alih peran ketika ditinggalkan AS tahun 1975.
Belajar dari pengalaman tersebut hendaknya AS mengambil tindakan yang tepat. Pertama, AS harus menentukan tujuan perang dengan jelas meliputi sasaran, wilayah dan waktu operasi. Kedua, AS harus bekerjasama dan melibatkan semua negara dalam perang tanpa merasa lebih superior.
Ketiga, perbaiki citra AS dengan menghindari politik berstandar ganda untuk memperkecil timbulnya musuh baru. Keempat, harus ditentukan batas waktu perang agar tak berlarut-larut dan membubungkan biaya. Semoga para petinggi AS dapat memetik pelajaran berharga dari sejarah perang masa lalu mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar